BUGALIMA.EU.ORG - Desa Bugalima kembali jadi bahan pembicaraan. Bukan karena konflik yang pernah membekas, melainkan karena harapan baru yang disuarakan dalam upacara HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Flores Timur, 17 Agustus 2025. Bupati dan Wakil Bupati yang baru saja dilantik pada Februari lalu, tampil memimpin apel kemerdekaan dengan gaya segar.
Warga datang bukan sekadar ikut upacara. Mereka ingin mendengar arah baru, janji baru, dan tentu saja cerita tentang masa depan Flores Timur. Peringatan kali ini jadi spesial. Rasanya seperti menutup buku lama dan membuka lembar baru yang lebih optimis.
Bupati Antonius Doni Dihen mengingatkan publik tentang jasa pahlawan. Ia tidak banyak beretorika. Hanya menekankan satu hal: persatuan adalah bahan bakar, kesejahteraan adalah tujuan, dan 2045 adalah garis finish. Semangat itu langsung dijahit ke dalam tema lokal: Lompatan Jauh Menuju Flores Timur Maju dan Bermartabat.

Visi Daerah dan Langkah Nyata
Visi itu tidak sekadar tulisan indah di baliho. Pemerintah sudah memasukkannya ke dalam RPJMD 2025–2029. Targetnya: Flores Timur produktif, inovatif, sekaligus tetap menjejak pada kearifan lokal Lamaholot.
Strateginya cukup konkret. Pertanian ditata ulang. Perikanan dan peternakan dimodernkan. Pariwisata diarahkan menjadi premium. Pendidikan digenjot dengan konsep future school. Layanan kesehatan pun dipoles agar lebih merata. Semua dibungkus dengan pembangunan infrastruktur strategis.
Di lapangan, beberapa hasil mulai terasa. Jalan dibuka, sumur bor mengalir, tenaga kerja dikirim hingga ke Jepang. Enam sekolah sudah jadi laboratorium future school. Bahkan ajang lari Solor Fun Run sukses menarik wisatawan. Tidak semuanya besar, tapi cukup untuk memupuk rasa percaya diri.
Tantangan Bencana dan Sosial
Namun jalan tidak selalu mulus. Gunung Lewotobi meletus, menyisakan hunian sementara dan ancaman banjir lahar dingin. Pemerintah harus membangun Huntap, menenangkan warga, sekaligus menjaga agar ekonomi lokal tidak lumpuh.
Di sisi lain, luka konflik di Bugalima dan Ilepati masih terasa. Rumah-rumah rusak harus dibangun kembali. Rekonsiliasi harus difasilitasi. Pemerintah paham: pembangunan bukan hanya beton dan aspal, tapi juga hati yang damai.
Masalah klasik tetap ada: anggaran terbatas. Tapi Bupati memilih tidak mengeluh. Ia lebih suka bicara kerja sama. Forkopimda, DPRD, tokoh agama, adat, ASN, hingga komunitas diminta turun tangan. “Lompatan Jauh” butuh semua orang, bukan hanya pejabat.
Penutup
Upacara HUT RI kali ini bukan sekadar seremoni. Ia jadi panggung bagi Flores Timur untuk memperlihatkan arah baru. Dari Bugalima hingga Lewotobi, dari jalan aspal hingga future school, dari luka lama hingga mimpi 2045. Tantangan memang besar, tapi semangat lebih besar. Dan itulah yang membuat kabupaten kecil di ujung timur Flores ini percaya diri melangkah ke masa depan.***
Sumber: nttmediaexpress